Studi: Protein dari Tepung Jangkrik, Belalang, dan Ulat Berpotensi Jadi Sumber Nutrisi Masa Depan

Ilustrasi jangkrik. (Pixabay)

Editor: M Kautsar - Rabu, 12 Januari 2022 | 12:20 WIB

Sariagri - Untuk memenuhi kebutuhan protein populasi manusia yang semakin banyak, serangga bisa menjadi salah satu alternatif untuk dikonsumsi.

Penelitian terbaru telah berhasil menentukan sifat nutrisi dan protein fungsional dari bubuk kepompong jangkrik, belalang dan ulat sutra.

"Kami memiliki paten untuk prosedur isolasi protein, kami belajar tentang protein yang diisolasi dan bagaimana itu dapat berpotensi digunakan sebagai makanan manusia," kata Jacek Jaczynski salah seorang peneliti.

Menurut peneliti lain yang terlibat, Kristen Matak serangga yang dapat dimakan dan tepung serangga menjadi sangat menjanjikan sebagai alternatif daging karena biasanya kaya akan protein dan mengandung semua asam amino esensial.

Untuk membuat makanan dari serangga lebih menarik, para peneliti menyarankan untuk mengubah serangga menjadi bubuk. Bagi mereka, cara tersebut mirip dengan cara manusia mengolah biji-bijian menjadi tepung agar lebih bisa dimakan.

Bubuk serangga adalah serangga kering yang dijadikan bubuk.

Para peneliti mengatakan, meskipun bubuk serangga ada metode pemrosesan yang sederhana dan dapat meningkatkan umur simpan, tetapi komposisi aslinya kemungkinan membatasi aplikasinya dalam produk makanan sehingga penerimaan konsumen menjadi rendah.

"Bubuk serangga ini tersedia secara komersial dan dapat ditemukan di granola bar, tahu, dan burger," kata peneliti Yong-Lak Park.

Praktek memakan serangga darat memang telah diterima secara luas di sebagian belahan dunia, namun di negara barat makan serangga masih dipandang negatif. Jaczynski mengatakan bahwa 80 persen populasi manusia secara global telah mengkonsumsi serangga, 20 persennya merupakan masyarakat barat.

"Seiring pertumbuhan populasi, kita harus memberi makan semua orang. Saya tidak mengatakan serangga akan menggantikan hewan ternak kita, tetapi ini adalah alternatif lain yang tampaknya lebih berkelanjutan daripada yang kita lakukan saat ini," jelas Jaczynski.

Kelebihan serangga sebagai sumber protein manusia karena dapat dipanen lebih cepat dari ternak lain seperti sapi atau babi. Selain itu, ternak serangga juga membutuhkan lahan dan air yang lebih sedikit.

Belalang bahkan telah terbukti menghasilkan protein setara pada babi dan sapi yang disebut protein aktin dan miosin.

Menurut Park, ada lebih dari 2.000 spesies serangga yang teridentifikasi aman untuk dikonsumsi manusia, tapi beberapa spesies lebih muda dieksplorasi daripada yang lain.

Misalnya, kata Park, ulat hongkong dan jangkrik sangat populer karena mudah diproduksi secara masal.

Dalam studi tersebut, peneliti menemukan bahwa protein di serangga dapat diisolasi secara efisien dengan menggunakan pH kelarutan presipitasi. Namun, kelarutan protein, tergantung pada pH larutan tempat protein berada.

Baca Juga: Studi: Protein dari Tepung Jangkrik, Belalang, dan Ulat Berpotensi Jadi Sumber Nutrisi Masa Depan
Amerika Serikat Serukan Penelitian Tentang Produksi Serangga Global



"Tergantung pada pH larutan protein, kelarutan protein dapat dihidupkan atau dimatikan, seperti saklar lampu, sehingga protein dapat larut atau mengendap (tidak ada kelarutan). Dengan serangga, poin kami adalah mengekstrak nutrisi tersebut secara selektif, seperti protein dan lipid," kata Jaczynski.

"Biji-bijian telah ada selama berabad-abad, dan mereka benar-benar diterima oleh semua populasi. Kita harus menemukan cara untuk mengekstrak dan mengisolasi nutrisi berkualitas tinggi dari serangga dan mengembangkan prototipe yang cocok dengan selera kita," kata Jaczynski dikutip phys.org.