Berburu Kepompong dan Ulat untuk Makan, Dijual Laku Rp60 Ribu per Kilogram

Ulat hasil buruan warga. (Foto: Sariagri/Arief L)

Editor: M Kautsar - Kamis, 11 November 2021 | 23:00 WIB

Sariagri - Awal musim penghujan menjadi berkah rejeki bagi sebagian warga pemburu kepompong dan ulat pohon jati yang tinggal di wilayah kawasan Badan Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Dander Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Hampir setiap hari, terlihat belasan warga beramai-ramai mencari kepompong dan ulat pohon jati di tengah hutan untuk dikonsumsi sebagai lauk pauk. 

"Sudah rutin tiap tahun, saat memasuki musim hujan, warga sini selalu berburu entung (kepompong) dan ulat pohon jati untuk dimasak menjadi campuran sayur atau digoreng biasa sebagai lauk pauk," ujar salah seorang warga pencari kepompong, Mariyam (28 tahun) kepada Sariagri, Kamis (11/11). 

Dalam berburu kepompong dan ulat pohon jati, Mariyam ditemani anak gadisnya. Hal ini dilakukan sebagai cara pembelajaran agar kelak ketika dewasa sudah bisa berburu sendiri.

"Sengaja nyari entung dengan anak perempuan saya. Ya, supaya kalau ia besar nanti sudah bisa meneruskan tradisi keluarga berburu entung di hutan sendiri," imbuhnya.

Kepompong dan ulat pohon jati ini, banyak ditemukan dibalik dedaunan dan ranting serta dibalik tanah basah. Saat musim hujan banyak daun pohon jati yang dibawahnya tersembunyi kepompong maupun ulat yang jatuh. 

"Alhamdulillah, sudah terkumpul dua kotak kecil. Lumayanlah untuk dibuat bahan masakan lauk pauk hari ini," ungkapnya sambil menunjukan hasil berburu.

Mariyam menyebutkan munculnya kepompong dan ulat pohon jati ini berlangsung setiap tahun sekali. Tepatnya setiap daun pohon jati bersemi lalu jatuh saat memasuki awal musim penghujan.

Ia mengaku dalam sehari, warga bisa mendapat dua hingga 3 kilogram kepompong dan ulat pohon jati. Selain untuk dikonsumsi sendiri sebagai lauk-pauk, kepompong dan ulat daun jati hasil buruannya ini juga bisa dijual.

"Setiap satu kilo entung, biasanya warga menjual seharga Rp60.000 jika mentah. Namun kalau sudah digoreng, harganya naik menjadi Rp70.000 per kilogram. Sehari kalau laku minimal 2 kilogram saja sudah bisa bawa pulang uang Rp120 ribu," bebernya.

Baca Juga: Berburu Kepompong dan Ulat untuk Makan, Dijual Laku Rp60 Ribu per Kilogram
Konsumsi Ikan Setiap Minggu Efektif Tekan Resiko Demensia untuk Manula

Wanita yang sehari-harinya berprofesi buruh tani ini mengatakan fenomena munculnya kepompong di tengah hutan jati ini diperkirakan berlangsung selama sepekan hingga sebulan ke depan. 

"Ya sebelum kepompong ulat berubah menjadi kupu-kupu, warga setiap hari berburu selama satu bulan kurang lebih. Mungkin sebelum natal bulan depan sudah habis kepompong atau entung menjadi kupu-kupu," kata dia.