Ahli Biofarmaka Tropika: Standarisasi Industri Jamu Tingkatkan Mutu dan Kemanan Produk

Ilustrasi - Minuman jamu dalam kemasan botol. (Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 26 Oktober 2021 | 12:00 WIB

Sariagri - Kepala Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC) IPB University Irmanida Batubara mengatakan riset tentang peningkatan mutu jamu dapat menaikkan nilai jual jamu. Menurut dia, jamu yang beredar di pasaran harus sesuai standar dan dapat memenuhi harapan konsumen.

“Masyarakat Indonesia berharap dengan mengonsumsi jamu dapat menaikkan kesehatan serta taraf hidupnya,” ujar  Irmanida dikutip dari laman resmi IPB University, Selasa (26/10/2021).

Karena itu, lanjut Irmanida, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berperan penting dalam memberikan perlindungan konsumen agar kualitas dan standar jamu sesuai standar. Kualitas jamu yang sesuai standar dapat meningkatkan daya saing mutu produk di pasar lokal maupun global.

“Sebenarnya kualitas atau mutu dapat menjaga dua pilar yaitu pilar keamanan dan khasiat. Dengan menjaga kualitas maka keamanan khasiatnya akan terjamin,” kata Irmanida.

Irmanida menjelaskan, keamanan jamu akan terjamin apabila produk jamu bebas dari gangguan dan tidak mengandung risiko. Aspek terpenting dalam khasiat adalah keamanan dan kadar bahan aktif serta terbebas dari kontaminasi logam berat dan cemaran mikroba.

“Kata kunci kualitas jamu terdapat pada standarisasi industri jamu. Standarisasi jamu harus dari hulu sampai hilir. Prosesnya dilakukan melalui kendali mutu dengan mengacu pada Good Agricultural and Collection Practices (GACP) dan Good Manufacturing Practices (GMP),” jelasnya.

Peneliti TropBRC IPB University, Nampiah Sukarno mengingatkan cendawan berpeluang menjadi penghasil mikotoksin yang menurunkan kualitas jamu. Dia memaparkan beberapa kelompok cendawan yang mungkin terdapat pada produk jamu. 

Dikatakan Nampiah, cendawan penghasil aflatoksin paling berbahaya bagi manusia. Cendawan itu bahkan dapat mencemari bahan jamu sebelum diolah menjadi produk jadi. Ia menekankan agar proses budidaya bahan baku harus diawasi agar dapat menjaga kualitas jamu.

“Mulai dari bahan dasar produk itu, kita juga harus memperhatikan apakah ada kapang-kapang tersebut, kapang-kapang ini dapat diperoleh dari budidaya sehingga harus diterapkan good agriculture practices supaya kapang tidak tumbuh dalam produk tersebut,” papar Nampiah.

Baca Juga: Ahli Biofarmaka Tropika: Standarisasi Industri Jamu Tingkatkan Mutu dan Kemanan Produk
8 Macam Jamu Tradisional yang Ada di Indonesia, Mana yang Sering Kamu Cicipi?

Nampiah menambahkan faktor endogen dan eksogen cendawan mempengaruhi kadar toksin yang dikandungnya. Selain itu, metode pengolahan yang tidak memenuhi persyaratan juga dapat menjadi penyebab tumbuhnya cendawan.

“Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, tingkat oksigen, dan cahaya harus ditekan dengan berbagai metode seperti fisik, kimia, maupun mikrobiologi,” pungkasnya. 

Video terkait: