Lemak Serangga Ternyata Bisa Hasilkan Makanan Lezat

Wafel dari lemak serangga. (Foto: Euronews)

Editor: M Kautsar - Minggu, 13 Juni 2021 | 17:00 WIB

SariAgri - Makanan berbahan dasar serangga bukanlah hal yang umum, kecuali di beberapa negara Asia dan Afrika. Meski demikian beberapa restoran di Eropa dan Amerika mulai mencoba kelezatannya. Rasa dan manfaat kesehatan serangga memang banyak, tetapi penampilan di atas piring makan mungkin masih menjadi masalah.

Menjawab hal ini, peneliti Belgia menyajikan wafel yang terbuat dari lemak serangga sebagai pengganti mentega tradisional yang sehat. “Lemak berbasis serangga adalah alternatif yang berkelanjutan dan sehat untuk mentega,” kata tim peneliti di Universitas Ghent di Belgia, yang meyakinkan bahwa mentega dari lemak serangga hampir tidak beda rasanya dengan mentega trandisional.

"Jejak ekologi serangga jauh lebih kecil dibandingkan dengan sumber makanan hewani," kata peneliti Daylan Tzompa-Sosa dari Universitas Ghent, seperti dikuti Euronews.com.

Sosa dan rekan-rekannya menawarkan ide untuk mencoba serangga sebagai bahan campuran kue dan manisan seperti wafel, sehingga tampilan asli serangga praktis tidak terlihat.

Mereka kemudian mengajak siswa yang buta untuk mencicipi dua resep wafel mereka yang berbeda, dan ternyata siswa tersebut tidak dapat membedakan mana wafel dengan mentega tradisional dan mana wafel dengan lemak serangga. "Mereka (wafelnya) sangat mirip. Saya tidak akan bisa membedakannya," kata mahasiswa Kolombia Daniel Ariza.

Apa manfaat memakan serangga?

Makanan berbasis serangga bisa menjadi masa depan. Pakar makanan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah lama mendorong serangga sebagai sumber nutrisi baru, dan meyakinkan bahwa konsumsi serangga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca karena berkurangnya polusi ternak.

Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB tahun 2013, menggambarkan serangga yang dapat dimakan sebagai sumber protein yang baik, yang dapat membantu mempertahankan kehidupan. Laporan tersebut mengambil contoh ulat yang sudah menjadi sumber makanan populer di Afrika Tengah.

Menurut laporan tersebut, populasi dunia akan mencapai 9 miliar orang pada tahun 2050, yang berarti akan dibutuhkan lebih banyak sumber makanan alternatif.

Ahli gizi setuju bahwa serangga mengandung protein yang tinggi, vitamin, serat dan mineral. Tapi masalahnya, produk mentega yang terbuat dari lemak serangga saat ini lima hingga sepuluh kali lebih mahal daripada produk mentega tradisional.

Persoalan lain adalah, apa konsekuensi atau dampak jangka panjang dari budidaya serangga dalam jumlah besar, dan spesies serangga mana yang cocok untuk dibudidayakan. Tampaknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan itu.

Video terkait:

----