Hati-hati, Masalah Air Minum Bersih Terus Mengintai

Alat penyaring air bersih dengan hanya mengandalkan matahari. (Intelligent Living)

Penulis: Yoyok, Editor: Reza P - Jumat, 21 Mei 2021 | 16:10 WIB

SariAgri - Indonesia saat ini tengah mengalami permasalahan air minum bersih karena adanya kelangkaan air baku untuk air bersih perpipaan yang langsung dialirkan ke rumah. Selain itu, adanya pencemaran sumber air baku karena lokasinya yang dekat dengan pencemar, ekstraksi dalam tanah yang berlebihan dan tingginya produksi ilegal air minum di tengah masyarakat.

 “Tidak mengherankan jika sulit sekali menemukan air minum yang berkualitas dan tidak terkontaminasi bakteri,” ungkap Firdaus Ali, Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute (IWI), dalam diskusi Peran Media Dalam Mengedukasi Masyarakat Mengenai Perilaku Hidup Bersih Melalui Pemahaman Air Minum Terstandarisasi yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bersama Alodokter secara virtual, beberapa waktu lalu.

Firdaus memaparkan, untuk mengetahui air minum yang berkualitas, penting sekali memperhatikan jarak antara sumber air dan pencemar, seperti jamban atau septic tank, kandang ternak, saluran pembuangan air, dan tempat pembuangan sampah. Jika terlalu dekat – yakni kurang dari 10 meter, sumber air bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri dan logam berat. “Air dari sumber tersebut juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Salmonella, dan E. Coli,” jelas Firdaus, yang sekarang menjadi Staf Ahli Kementerian PUPR Bidang ESDM.

Sebabkan Gagal Ginjal

Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Gastroenterologi-hepatologi dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH, menjelaskan infeksi bakteri E. coli pada saluran pencernaan juga bisa menyebabkan kondisi yang disebut sindrom hemolitik uremik.

“Kondisi yang rentan terjadi pada anak-anak dan lansia ini menyerang sel darah merah dan sel keping darah (platelet) serta dapat menyebabkan gagal ginjal,” ujar dokter Kaka.

Dokter Kaka menambahkan bahwa ibu hamil yang terinfeksi bakteri E. coli melalui saluran kencing (uretra) juga bisa mengalami infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal. Infeksi ini kemudian bisa berkembang dan menyebabkan infeksi selaput otak pada bayi dalam kandungannya, hingga keguguran.

“Sehingga, pemilihan air dengan seksama disarankan kepada seluruh masyarakat untuk mengadopsi hidup bersih dengan mengonsumsi air minum yang berasal dari sumber yang terlindungi,” tegas dokter Kaka.

Tidak Patuhi Standard

Sementara itu, Peneliti Depot Air Minum Isi Ulang, Sri Yusniati I  Sari, mengungkapkan saat ini, sekitar 48 persen dari masyarakat menengah ke bawah di perkotaan menggunakan air kemasan dan isi ulang sebagai cara praktis untuk memenuhi kebutuhan air minum dalam rumah tangganya. “Namun, tidak banyak yang memahami perbedaan kualitas air minum yang ada di pasaran,” ujarnya.

Selain itu, akibat laju urbanisasi yang cepat, fenomena air minum isi ulang kian menjamur di perkotaan. Pertumbuhan Depot Air Minum (DAM) di DKI Jakarta meningkat hingga 800 persen, dan didapatkan bahwa banyak air minum isi ulang memiliki kualitas yang rendah, yang mana  sekitar 40 persen galon isi ulang dan 25,3 persen keran outlet terdapat bakteri E. coli.

“Masyarakat juga harus lebih berhati-hati karena masih banyak sekali DAM yang tidak resmi dan tidak mematuhi standardisasi pemerintah. air minum yang jernih dan tidak berasa belum tentu bebas dari bakteri,” kata Sri Yusniati.

Kepedulian terhadap distribusi air minum yang bersih dan berkualitas pun terus digalakkan oleh berbagai pihak terkait, salah satunya adalah Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) selaku lembaga non-profit yang mendedikasikan visi dan misinya untuk meningkatkan layanan, penguatan kinerja, dan advokasi di sektor air bersih kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Alifah Sri Lestari, Deputy Chief of Party USAID IUWASH PLUS, menjelaskan ada beberapa tantangan untuk menyediakan air layak minum di perkotaan dan salah satunya adalah distribusi air minum bersih yang belum merata, khususnya bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

“Kelompok ini juga dipersulit dengan biaya Sambung Baru PDAM yang cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan opsi layanan akses air layak minum dan terjangkau, seperti sambungan air minum di wilayah perkotaan dengan Master Meter dan SPAM Komunal,” ungkap Afifah.

Sedangkan Atal S Depari, Ketua Umum PWI Pusat, mengutarakan pentingnya air untuk tubuh. Sebab, organ-organ penting di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa air yang cukup dan berkualitas. "Ini terjadi, karena masih minim sekali pemahaman masyarakat akan pentingnya air minum berkualitas dari tubuh,” pungkas Atal.

Baca Juga: Hati-hati, Masalah Air Minum Bersih Terus Mengintai
Jarang Diketahui! Ini Efek Sampingnya Jika Minum Terlalu Banyak

Kualitas indeks air di Indonesia dikatakan masih sangat buruk, seperti data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pada tahun 2018, 10 dari 24 provinsi di Indonesia masih memiliki sumber air yang terkontaminasi bakteri yang cukup tinggi.

Menurut BPS, pada tahun 2019 pun masih cukup banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber air tidak terlindungi, seperti air dari sumur atau sumber yang illegal untuk memenuhi kebutuhan air minumnya.