Berita pangan - Kegiatan ini merupakan bentuk upaya melestarikan warisan tradisi budaya.
SariAgri - Sejumlah daerah mulai menggelar beragam tradisi untuk menyambut Bulan Suci Ramadan. Tak terkecuali bagi warga Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta yang menggelar tradisi ruwahan dengan memasak aneka jajanan khas tradisional seperti kue apem, kolak dan ketan.
Tradisi ruwahan dimulai dengan acara memasak apem. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang digelar secara turun-temurun pada setiap datangnya bulan suci Ramadan.
Uniknya dalam kegiatannya warga yang terlibat memasak wajib mengenakan busana tradisional adat Jawa. Selain itu proses memasaknya pun harus menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu bakar.
Lurah Purwokinanti, Sugiharti menerangkan, kegiatan ini merupakan bentuk upaya melestarikan warisan tradisi budaya yang selama ini dijaga, khususnya bagi masyarakat Jawa yang melambangkan kebersamaan dan gotong royong.
“Bulan ruwah, menjelang Ramadan, seluruh masyarakat khususnya Jawa melaksanakan tradisi ngapem, kolak dan ketan sebagai bentuk tradisi kebersamaan, saling gotong royong pelestarian adat budaya,” kata Sugiharti.
Dia menyebut, apem berasal dari bahasa Arab affuwwun yang mengartikan ampunan. Oleh karenanya kue berbentuk bulat yang dibuat dari bahan dasar tepung beras ini mengandung makna memohon ampunan dan membersihkan diri untuk menyambut Ramadan.
“Dalam tradisi ini kandungan makna banyak yang bisa kita petik, salah satunya menyambut Ramadan itu bulan yang suci, dalam arti mensucikan diri kita, melalui kebersamaan dan tentunya tradisi apeman ini membuat warga kita disini lebih guyub rukun,” ungkap Syaifurrahman, salah satu warga purwokinanti.
Usai dimasak, aneka kue tradisi ini selanjutnya akan dikemas dan dibagikan kepada warga sekitar. Di tengah pandemi Covid-19 kegiatan tradisi ini tetap digelar dengan penerapan protokol kesehatan ketat.