Bantuan saprodi dan pendampingan Kementan dinilai berdampak pada perbaikan ekonomi petani dan masyarakat sekitar.
SariAgri - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bersama di kawasan food estate Klaster 7 dan 8, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng) menilai bantuan saprodi dan pendampingan Kementerian Pertanian (Kementan) berdampak pada perbaikan ekonomi petani dan masyarakat sekitar.
Selain gabah, keuntungan lain petani food estate adalah ketersediaan pasokan beras, baik untuk konsumsi keluarga maupun pemenuhan kebutuhan desa tetangga.
"Yang biasa kami amati sekarang adalah beras yang biasanya kurang, sekarang malah surplua. Bahkan petani bisa menjualnya ke desa tetangga. Ini karena produksi beras food estate meningkat bahkan surplus," ujar Ketua Gapoktan Bersama area Klaster 7 dan 8 Desa Dadahup, Tri Suparwanto.
Baca Juga:
Teknologi Pertanian Pintar Dikembangkan untuk Tekan Biaya Produksi
10 Provinsi Penghasil Beras Terbesar di Indonesia - Berita Pangan
Tri menjelaskan bantuan dan pendampingan yang diberikan berdampak langsung pada perbaikan ekonomi petani dan masyarakat sekitar. Saat ini sekitar 180 petani dan pemangku kepentingan lainnya sudah memegang saham koorperasi bersama food estate Kalteng.
"Kami sudah dibimbing Kementan dalam membentuk koorperasi petani. Bahkan ada 180 pemegang saham di klaster 7 dan ada 427 pemegang saham di klaster 8. Karena itu, kami berharap mendapat arahan lanjutan dalam melanjutkan koorporasi ini," jelasnya.
Dari sisi peluasan lahan, kata Tri, garapan petani mengalami peningkatan signifikan. Rata-rata Gapoktan mampu menggarap 420 hektare dari garapan sebelumnya hanya 200 hektare. Berdasarkan informasi yang diterima Tri, mereka bahkan mampu menghasilkan produksi padi 6 ton per hektare.
"Petani sangat senang dan mengharapkan keberlanjutan food estate ini. Ada banyak hal yang dibantu Kementan baik dari saprodi maupun alsintan. Yang pasti produksinya lebih murah dan hasilnya lebih bagus," pungkasnya.
Video Terkait: