Tingkatkan Produksi, Ini Beda Turiman Pajale dengan Tumpang Sari Biasa

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 23 Februari 2021 | 10:30 WIB
SariAgri - Tumpang sari tanaman telah lama dikenal petani untuk meningkatkan hasil produksi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat mengembangkan sistem tumpang sari tanaman yang mampu lebih meningkatkan hasil baik produksi maupun ekonomi bagi petani.
Sistem tumpang sari tersebut yaitu padi, jagung dan kedelai (Turiman Pajale) yang telah diterapkan petani di Desa Pangeureunan, Balubur Limbangan, Garut, Jawa Barat.
“Lahan kering disini lebih dari 2.000 Ha. Kami berpikir kalau semua hanya tanam jagung, nanti saat panen raya berlangsung harga bisa jatuh,” ujar Peneliti BPTP Jawa Barat, Nana Sutrisna.
Nana menjelaskan tumpang sari tanaman atau biasa disebut Turiman ini bisa menjadi solusi.
“Minimal kalau disini sudah ada pajale atau padi, jagung kedelai. Nanti kalau harga jagung turun, petani masih ada padi dan kedelai, harganya bisa lebih tinggi,“ lanjutnya.
Menurut Nana, perbedaan Turiman dengan tumpang sari biasa adalah pada input teknologi seperti varietas unggul baru, pupuk hayati ataupun pupuk mikro.
“Teknologi yang mendukung Turiman, yang pertama adalah varietas. Kita pilihkan varietas yang cocok untuk lahan kering disini yaitu padi Inpago 11, untuk jagung, nasa 29 atau nakula sadewa yang diluncurkan Pak Jokowi dahulu, Kedelainya anjasmoro.” terang Nana.
Untuk pupuk digunakan pupuk hayati yang bisa menahan kalium. Selain itu aplikasi pupuk mikro juga diterapkan karena menurut Nana, biasanya di lahan kering pupuk mikronya kurang.
“Alhamdulillah, karena ada pupuk mikro meski bapak dan ibu disini sempat terkena hama daunnya bolong-bolong pada kedelai, tetapi hasil kedelainya tetap banyak,” jelas Nana.
Turiman telah diterapkan pada demplot seluas 1 Ha di lokasi tersebut sejak November 2020. Wawan, salah seorang petani mengaku senang lahan miliknya yang selama ini hanya ditanami jagung kini mulai ditanami kedelai dan padi gogo. Dia tidak sabar menunggu hasil panen yang diperkirakan akan berlangsung Maret mendatang.
"Alhamdulillah, nggak ada yang sulit menerapkan Turiman. Dulunya disini cuma jagung aja, sekarang ada padi sama kedelai, tumbuhnya juga bagus, sempat kena hama tapi tetap bagus, Alhamdulillah," katanya.
Kepala BPTP Jawa Barat, Wiratno mengatakan pihaknya akan terus mendorong pengelolaan dan pemanfaatan lahan secara optimal di wilayah tersebut.
Baca Juga: Tingkatkan Produksi, Ini Beda Turiman Pajale dengan Tumpang Sari BiasaKementan Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru
“Dengan luas lahan jagung mencapai 2.000 Ha, Saya membayangkan disini tidak hanya menghasilkan jagung, tapi Kita manfaatkan limbahnya untuk diolah jadi pakan sapi. Dengan begitu, selain lahan menjadi maksimal menerapkan turiman, ekonomi bapak dan Ibu juga bisa bertambah" katanya.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menegaskan BPTP adalah ujung tombak diseminasi dan transfer teknologi hasil-hasil penelitian.
“Diseminasi varietas unggul baru termasuk jagung NASA-29 kepada petani, teknologi tumpangsari tanaman (Turiman) padi, jagung, dan kedelai harus terus digencarkan,” tandasnya.