Berita Pangan - Balitbangtan, Kementerian Pertanian RI terus mengembangkan varietas unggul porang.
SariAgri - Saat ini, porang telah menjadi salah satu komoditas pertanian yang mulai dilirik dan banyak dikembangkan secara luas. Alasannya, umbi porang mengandung glukomanan yang baik untuk kesehatan, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Pada tahun 2018, sekitar 254 ton porang telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Cina, Vietnam, dan Australia. Tren ekspor porang ke pasar dunia pun terus mengalami peningkatan. Hingga November 2020, nilai ekspor porang Indonesia ke sejumlah negara mencapai sekitar Rp880 miliar.
Melihat besarnya potensi porang secara ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian RI terus mengembangkan varietas unggul porang. Salah satu contohnya adalah varietas porang Madiun 1 yang telah dilepas pada bulan Juli tahun 2020 lalu.
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, telah memberikan arahan kepada jajarannya agar mempercepat program perbanyakan benih porang Madiun 1. Oleh karena itu, Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) bersama dengan pihak-pihak terkait telah melaksanakan virtual meeting untuk mengembangkan benih varietas porang tersebut.
Pihak-pihak yang turut serta dalam diskusi itu antara lain Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Biogen, serta Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Madiun.
Kepala BPATP, Ketut Gede Mudiarta, menjelaskan bahwa dalam rangka mendukung percepatan perbanyakan benih porang, teknologi kultur jaringan menjadi salah satu pilihan metode perbanyakan. Menurutnya, BB Biogen telah memiliki formula metode kultur jaringan yang terdaftar paten dengan judul “Formula Media Kultur Jaringan Porang dan Proses Pembuatannya”.
Lebih lanjut, Gede Mudiarta memaparkan bahwa formula itu akan digunakan pada program perbanyakan benih porang dengan menggandeng dua calon mitra yang berminat untuk ikut serta dalam pengembangan benih porang.
Baca Juga: Tanaman Talas dan Porang untuk Jaga Ketahanan Pangan
Permintaan Ekspor Terus Meningkat, Ini Trik Budi Daya Tanaman Porang
Sementara itu, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Madiun selaku pemilik varietas menyampaikan bahwa pada dasarnya permohonan izin penggunaan varietas dapat dilaksanakan. Akan tetapi, menurut mereka, hal tersebut memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengembangkan benih dalam jumlah yang banyak melalui teknologi kultur jaringan.
Perbanyakan secara besar-besaran dan terus-menerus memiliki kemungkinan adanya penyimpangan genetis dan tidak menghasilkan umbi. Selain itu, pelepasan hasil kultur jaringan juga rentan terhadap kondisi di lapangan.
Porang Madiun 1 merupakan varietas lokal yang secara turun-temurun dibudidayakan oleh para petani porang di Madiun. Diperkirakan, tanaman porang telah dimanfaatkan sejak tahun 1950-an. Budi daya tertua tanaman dengan nama latin Amorphophallus muelleri itu ditemukan di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Sejak tahun 1970-an, masyarakat di Madiun melakukan budi daya secara sederhana dan menjual porang dalam bentuk umbi ke pengepul di Kabupaten Nganjuk. Umbi porang yang diperoleh petani berasal dari tanaman yang tumbuh liar di kawasan hutan Gunung Pandaan.
Permintaan porang yang terus meningkat menjadikan para petani akhirnya mulai membudidayakan sendiri tanaman porang yang berasal dari umbi, biji dan bulbilnya (katak) sejak sekitar tahun 1980-an.
Menurut karakteristiknya, porang varietas Madiun 1 memiliki daun halus bergelombang, seludang bunga berbentuk terompet, dan bunga berbentuk tombak. Potensi hasil varietas Madiun 1 dapat mencapai 8—10 ton umbi per hektar.
Panen porang dilakukan ketika tanaman telah memasuki masa dorman atau pertumbuhan tanaman telah berhenti. Kondisi itu ditandai dengan batang tanaman sudah menguning dan lepas dari umbinya.