Harga Kedelai Tinggi, Pakar: Indonesia Perlu Kembangkan Komoditas Pengganti

Ilustrasi kedelai. (Foto: Sariagri/ Jaya Supriadin)

Penulis: Reza P, Editor: Redaksi Sariagri - Senin, 4 Januari 2021 | 17:45 WIB

SariAgri - Tingginya harga komoditas kedelai dunia turut berimbas pada meroketnya harga kedelai di Indonesia. Selain minimnya lahan pertanian dan kedelai, persoalan ini dipicu lemahnya kebijakan dalam pemanfaatan keragaman pangan dalam negeri.

Menurut Dekan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Jamhari, ketergantungan Indonesia akan impor kedelai hanya dapat diatasi dengan strategi jangka panjang, salah satunya dengan pengembangan komoditas substitusi atau pengganti kedelai.

Jamhari menilai, Indonesia selama ini masih sangat bergantung pada kedelai impor. 

Padahal menurutnya kedelai sendiri merupakan tanaman yang secara alamiah dapat berproduksi secara maksimal di daerah subtropis. Tak heran jika produktivitas panen kedelai di Indonesia tidak sebaik negara-negara produsen utama kedelai. Selain itu, meski sejumlah varietas kedelai memiliki potensi produksi yang cukup tinggi, namun selalu terdapat celah antara potensi dengan jumah produksi riil.

Karena itu, di samping terus meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, Jamhari menilai pengembangan komoditas pangan lokal sebagai substitusi kedelai harus dilakukan.

“Untuk membuat tempe tidak harus dengan kedelai, ada kacang-kacangan lain seperti koro pedang yang cukup baik dikembangkan di daerah tropis seperti Indonesia untuk substitusi kedelai impor,” kata Jamhari, seperti dikutip laman ugm.ac.id, Senin (4/1).

Salah satu penyebab rendahnya jumlah produksi kedelai di Indonesia, ujar Jamhari, adalah minimnya lahan pertanian. Untuk solusi jangka pendek, perlu didorong pengintegrasian pertanian kedelai dengan lahan tanaman perkebunan dan kehutanan.

“Secara umum Indonesia dihadapkan pada permasalahan lahan untuk pangan yang sangat terbatas. Termasuk untuk kedelai, yang mengusahakan bukan perusahaan besar tetapi petani kecil yang kurang lahan,” kata Jamhari.

Berita Pangan - Baca Juga: Perkenalkan Sorgum, Tanaman Pangan yang Tahan Terhadap Musim Kemarau
Pakar: Benih dengan Postur Tinggi Cocok untuk Lahan Rawa

Di sisi lain, pengembangan industri produk substitusi kedelai menurutnya dapat menjadi salah satu solusi jangka panjang. Langkah ini membutuhkan komitmen dan keseriusan semua pihak, termasuk pemerintah pelaku industri.

Contohnya adalah pengembangan varietas koro pedang. Meski dapat menjadi pengganti kedelai, produktivitas varietas ini belum maksimal dilakukan.

Ujung tombak dari upaya ini terletak pada mereka yang memiliki sumber daya teknologi dan kemampuan untuk mengembangkan produk pertanian yang sesuai dengan iklim Indonesia.

Dengan komitmen yang baik, ia yakin Indonesia mampu mengatasi masalah ketergantungan akan kedelai impor.

“Bisa, tapi harus serius. Sama seperti gandum yang menjadi bahan baku mi pun bisa disubstitusi dengan tepung ubi kayu, tapi komitmen ke situ belum serius,” katanya.

Dari sisi kebijakan, pemerintah dapat mendorong pengembangan substitusi kedelai melalui kebijakan terkait kandungan lokal atau local content. Misalkan dengan mensyaratkan penggunaan bahan baku lokal sebesar 60 persen sehingga industri akan melirik bahan baku pengganti kedelai yang dapat diproduksi di dalam negeri.

Di samping itu, diperlukan rekayasa supply chain dengan pengelompokan petani kecil sebagai penyuplai di dalam suatu sistem yang telah terbangun.

“Petani kecil jangan dibiarkan sendiri-sendiri, harus ada kekuatan dari pemerintah yang memimpin ekonomi yang kecil ini,” imbuhnya.

Baca Juga: Harga Kedelai Tinggi, Pakar: Indonesia Perlu Kembangkan Komoditas Pengganti
Beredar Cabai Berpewarna, Dirjen Hortikultura: Oknum Sudah Tertangkap

Masyarakat juga harus didorong untuk mengonsumsi bahan pangan yang diproduksi di negara sendiri, untuk mengurangi beban impor produk pangan. Keragaman hayati di Indonesia harus dimanfaatkan sebagai sumber daya pangan yang berkelanjutan.

" Karena Indonesia dapat memproduksi sumber daya pangan yang beragam maka pilihan konsumsi masyarakat pun seharusnya turut beragam, agar apa yang tersedia di alam dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri," tegasnya.

Harga Pangan - Kisah Haru Gadis Cantik Yang Menginspirasi