Pangan Jabar Aman, Krisis Kalau Kemarau Panjang

Petani menanam bibit padi di sawah. (Antara Foto/Galih Pradipta)

Penulis: Yoyok, Editor: Reza P - Jumat, 4 Desember 2020 | 14:15 WIB

SariAgri - Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron mengatakan pernyataan Gubernur Jawa Barat (Jabar) ridwan kamil tentang Jabar terancam krisis pangan pada 2021 tidak disampaikan dengan parameter produksi.

“Jadi, pernyataan Gubernur Jabar itu hanya kekhawitaran semata,” ujar Herman kepada Sariagri.id, Jumat (4/12).

Menurut Herman, selama musim tanam dengan ketersediaan air hujan yang cukup, tahun depan Jabar masih aman panganya. “Kecuali jika musim kemarau panjang, dan petani tidak dapat menanam karena kekurangan air, atau ada OPT (organisme pengganggu tanaman) yang menyebabkan panen gagal,” ujarnya.

Seperti diketahui, saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020 Provinsi Jabar: Bersinergi Membangun Optimisme Pemulihan Ekonomi" di Bandung, Kamis (3/12), Gubernur Ridwan Kamil memprediksi provinsi Jabar akan mengalami krisis pangan pada tahun 2021 karena adanya penutupan impor dari negara pengekspor beras seperti Vietnam dan Thailand sejak semester dua tahun 2020 terkait pandemi COVID-19.

"Jadi intinya ada potensi krisis pangan di tahun depan maka semua pihak harus bersemangat menjadikan pangan sebagai ekonomi baru, terutama saya mengajak orang kota kembali ke desa, tanah (yang ditanam) nanti disiapkan," kata Kang Emil.

Kang Emil mengatakan Pemprov Jawa Barat akan mewaspadai kondisi krisis pangan terjadi di Jawa Barat sehingga pihaknya akan menggelar West Java Invesment Summit (WJIS) di bidang pertanian pada 10 Desember ini. "Dan yang penting mereka mau berwirausaha di tanah yang kita sediakan. Kalau (swasembada pangan) itu lancar, Insyaallah ekonomi kita akan terkendali," kata dia.

Baca Juga: Pangan Jabar Aman, Krisis Kalau Kemarau Panjang
Jabar Krisis Pangan Akibat Terlalu Bergantung pada Impor



Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jabar, Herawanto, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Jabar on the track, artinya sesuai dengan semangat untuk kembali ke arah yang nanti tumbuh normal.

“Kami perkirakan tahun 2021 pertumbuhan ekonomi bisa meningkat sekitar 4,5 sampai 5,5 persen dan ditekankan bisa lebih baik dari itu. Dengan catatan tentunya ada beberapa hal yaitu konsistensi kebijakan, konsistensi dukungan pemda di semua level provinsi dan kabupaten/kota untuk terus menggerakan perekonomian dengan terukur,” kata Herawanto.