Ini Fakta Seputar Isu Ayam Suntik Hormon dan Bisa Sebabkan Kanker

Ilustrasi daging ayam (Pixabay)

Editor: Reza P - Senin, 26 Oktober 2020 | 19:00 WIB

SariAgri - Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Indonesia drh. Rakhmat Nurianto menjelaskan, Senin (26/10), tidak ada rekomendasi penggunaan hormon pada ayam dan pemerintah melarang penggunaan hormon pertumbuhan pada ayam.

Suntikan pada leher anak ayam yang kerap disangka berisi hormon sebetulnya merupakan vaksin vidam, vaksin inaktif dalam ajuvan minyak, yang aman untuk manusia.

Asumsi ada suntikan hormon yang membuat unggas cepat besar sebetulnya dilatarbelakangi kemajuan teknologi bibit unggas, teknologi pakan serta teknologi pemeliharaan.

Isu lainnya yang membuat masyarakat enggan makan daging ayam adalah isu kanker. Rakhmat menegaskan, pada dasarnya ayam tidak menyebabkan kanker. Penyebab kanker bermuara pada materi yang mencemari ayam.

"Dan yang tercemar terhadap pencetus kanker bukan cuma ayam, yang lain seperti ikan juga bisa," sambungnya.

Dia menekankan, makanan dan obat-obatan hewan yang sudah mendapat izin edar dijamin tidak akan menyebabkan kanker.

Daging ayam termasuk jenis pangan yang mudah rusak (perishable food), oleh karena itu pemerintah mengawasi keamanan pangannya secara ketat.

Baca Juga: Ini Fakta Seputar Isu Ayam Suntik Hormon dan Bisa Sebabkan Kanker
Pemerintah Perlu Pastikan Tata Cara Budi daya Ikan Ramah Lingkungan

Terkait isu pemanfaatan hormon pertumbuhan yang mengakibatkan ayam pedaging (broiler) lebih cepat tumbuh, kementan menjelaskan bahwa ayam broiler yang ada sekarang merupakan ayam yang secara genetik diseleksi untuk dapat tumbuh cepat dengan pemeliharaan yang spesifik, terukur, dan disiplin, termasuk pemberian pakan dan kesehatan yang diatur ketat dalam sistim pemeliharaannya.

Pemerintah pusat dan daerah telah mengatur dan juga mengawasi tata cara budidaya yang baik dalam sistem budidaya ternak potong termasuk ayam broiler.