Ahli: Singkong Tak Kalah Sehat dari Nasi

Umbi kayu atau singkong (Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Rabu, 30 September 2020 | 12:00 WIB

SariAgri - Singkong merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang menjadi sumber karbohidrat. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), singkong merupakan sumber karbohidrat terpenting ketiga di daerah tropis setelah beras dan jagung.

Singkong mengandung karbohidrat kompleks (pati) dan serat yang membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan. Selain itu, singkong mengandung vitamin A dan C yang berperan sebagai antioksidan, melindungi tubuh dari efek radikal bebas. ini sangat baik untuk menjaga sistem imunitas tubuh kita terutama pada masa pandemi seperti sekarang.

Setiap 100 gram singkong mengandung 31.9 gram karbohidrat. Apabila dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain seperti nasi yang mengandung 28.9 gram karbohidrat/100 gram nya, singkong memiliki beberapa perbedaan dengan nasi dari beberapa sisi zat gizi.

"Kelebihan singkong yaitu memiliki vitamin A dan C yang tidak dimiliki oleh nasi, setiap 100 gram singkong mengandung 6 µg vitamin A dan 30 mg vitamin C," kata Irtya Qiyamulail, ahli gizi dan Fasilitator APKI bidang Sport Nutrition saat dihubungi SariAgri, beberapa waktu lalu.

Namun, singkong hanya memiliki kandungan protein setengah dari nasi, yaitu 100 gram nasi mengandung 2.4 gram protein sedangkan singkong mengandung 1.1 gram protein per 100 gram. Kandungan serat yang cukup tinggi pada singkong dapat membuat mengonsumsi singkong akan merasa kenyang lebih lama dibandingkan nasi karena serat dapat memperlambat penyerapan gula ke dalam aliran darah.

Berdasarkan daftar bahan makanan penukar (DBMP), secara kandungan zat gizi, 1 porsi nasi (150 gram) setara dengan 1.5 potong singkong (180 gram).Singkong juga mengandung mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, mangan, dan kalium yang diperlukan tubuh dalam menjalankan fungsi jaringan tubuh serta untuk perkembangan dan pertumbuhan.

Irtya menjelaskan singkong memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Singkong juga mengandung senyawa glikosida sianogenik yang bisa membahayakan bagi tubuh. Sebenarnya kandungan senyawa ini sangat kecil, yaitu 50 mg/kg singkong varietas manis dan sekitar 400 mg/kg singkong varietas pahit. Namun apabila pengolahannya kurang tepat, senyawa sianogen glikosida akan berubah menjadi hidrogen sianida yang berbahaya bagi tubuh.

Sianida akan terbentuk ketika singkong dalam proses pengolahan, tetapi toksin akan mudah menguap dan dilepaskan ke udara apabila diolah dengan cara yang benar. Cara efektif untuk mengurangi kandungan sianida pada singkong adalah dengan menjadikannya potongan kecil kemudian direndam dan direbus dengan air sampai mendidih.

Baca Juga: Ahli: Singkong Tak Kalah Sehat dari Nasi
Alternatif Pengganti Beras, Singkong Bisa Diolah Menjadi Aneka Makanan

dan Dalam mengonsumsi singkong sebaiknya dibarengi dengan makanan sumber protein seperti daging, telur atau tahu tempe untuk melengkapi kebutuhan protein harian karena kandungan protein dari singkong sangat sedikit.

Untuk menjaga asupan zat gizi yang cukup dalam memenuhi kebutuhan harian tubuh, perlu menambahkan sayur, buah-buahan dan sumber lemak (seperti alpukat, minyak zaitun atau sumber lemak lainnnya) dalam konsumsi harian.