Permintaan Pasar Tinggi, Balitbangtan Rakit Calon Varietas Unggul Edamame

Varietas Kedelai Edamame (Balitbangtan)

Editor: Arif Sodhiq - Senin, 28 September 2020 | 20:00 WIB

SariAgri - Permintaan kedelai edamame segar dari dalam dan luar negeri cukup tinggi. Pada tahun 2019 permintaan Jepang untuk komoditas tersebut mencapai 75.000 ton, namun hanya terpenuhi sekitar 5000 ton atau 6,7 persen.

Untuk memenuhi ketersediaan benih yang berkualitas, Badan penelitian dan Pengembangan pertanian (Balitbangtan) tengah merakit calon varietas unggul baru (VUB) kedelai edamame. Kelebihan calon VUB yang diberi nama Biomax 1 dan Biomax 2 ini adalah produktivitasnya lebih tinggi.

Biomax 1 memiliki produktivitas polong muda 10,50-14,38 ton/ha. Ukuran biji lebih besar dengan rincian 37,94-43,14 g/100 biji, serta memiliki batang lebih kokoh dengan diameter 6-8,27 cm. Selain itu, Biomax 1 juga didukung beberapa karakter agronomis berupa postur tanaman lebih tinggi dan jumlah buku subur lebih banyak.

Sementara Biomax 2 memiliki produktivitas polong muda 10,83-19,56 ton/ha. Ukuran biji lebih besar dengan rincian 41,68-43,62 g/100 biji, serta memiliki postur tanaman lebih tinggi, jumlah buku subur, dan cabang produktif lebih banyak.

Peneliti Balitbangtan, Dr Asadi menjelaskan kedua calon VUB ini telah melalui tahap uji keunggulan dan uji kebenaran. Berdasarkan hasil uji keunggulan bersama 4 galur edamame lain, Biomax 1 dan Biomax 2 memiliki keunggulan tersendiri sehingga berpeluang didaftar sebagai varietas edamame.

Baca Juga: Permintaan Pasar Tinggi, Balitbangtan Rakit Calon Varietas Unggul Edamame
Bungkil Kelapa Senilai Rp17,7 Miliar Asal Sulut Diekspor ke India

“Diharapkan kedua calon varietas ini segera dapat didaftar dan memiliki tanda daftar resmi dari pemerintah, sehingga secara legal benihnya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh petani maupun pengusaha,” ujar Asadi di Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) di laman Balitbangtan.

Ketersediaan benih unggul varietas kedelai edamame, lanjut dia, akan membuka peluang bagi pengguna baik petani maupun perusahaan perkebunan untuk mengembangkannya. Ini akan berdampak pada peningkatan luas pertanaman, produksi, pendapatan petani dan pengusaha yang akhirnya akan meningkatkan devisa.