Beda Teh Hijau, Putih, Hitam, dan Oolong

Ilustrasi teh (Foto: Pixabay)

Editor: M Kautsar - Senin, 24 Agustus 2020 | 12:31 WIB

SariAgri - Teh menjadi minuman populer bagi masyarakat Indonesia. teh dipilih karena harganya yang murah.

Beragam jenis teh diproduksi dan dikenal publik. Ada teh hijau, putih, hitam, dan oolong.

Empat macam teh tersebut diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia sinensis). Produk daun teh dapat menjadi berbeda satu sama lain karena melalui berbagai metode atau cara pengolahan yang berbeda, sehingga ketika daun teh kering tersebut diseduh dengan air panas, akan menimbulkan aroma serta rasa yang khas yang berbeda pula.

Berikut penjelasan dan beda empat ragam teh menurut Balai penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Jika kita melintas di daerah Puncak Jawa Barat, maka akan disambut dengan hamparan kebun teh Camellia sinensis varietas Asammica yang menghijau. Dari varietas teh inilah teh hijau, teh hitam atau merah dan teh putih diolah, kecuali teh oolong yang diolah dari Camellia sinensis varietas Sinensis.

Baca Juga: Beda Teh Hijau, Putih, Hitam, dan Oolong
Diversifikasi Produk Tembakau Harus Segera Dilakukan



1. Teh Hijau

Teh hijau atau green tea, diperoleh tanpa proses fermentasi (oksidasi enzimatis), yaitu dibuat dengan cara menginaktifkan enzim fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar. Teh hijau diproses cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin (zat antioksidan) dapat dicegah.

Pemanasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sangrai dan pemanasan basah dengan uap panas (steam). Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan flavor yang lebih kuat dibandingkan dengan pemberian uap panas.

Keuntungan dengan cara pemberian uap panas, adalah warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang. Di Cina, untuk membuat teh hijau dilakukan pemberian uap panas pada daun teh, sedangkan di Jepang daun tehnya disangrai.

2. Teh putih (White Tea)

Teh putih merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi sama sekali. Teh putih diproses dengan pengeringan dan penguapan dilakukan dengan sangat singkat.

Teh putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar mekar. Daun teh yang dipetik adalah pucuk daun yang muda, kemudian dikeringkan dengan metode penguapan (steam dried) atau dibiarkan kering oleh udara (air dried).

Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit mengalami pemrosesan dari semua jenis teh, sedangkan teh jenis yang lain umumnya mengalami empat sampai lima langkah pemrosesan.

Pucuk daun muda (kuntum daun yang baru tumbuh) tidaklah dioksidasi. Pucuk-pucuk ini dihindarkan dari sinar matahari demi mencegah pembentukan klorofil. Seperti halnya teh oolong, selama ini teh putih hanya diproduksi oleh perkebunan teh di Cina dan Taiwan, tetapi saat ini telah mulai diproduksi di Indonesia tiga perkebunan teh yaitu, pertama, PT. Chakra di Ciwidey, Jawa Barat dengan nama Oza Premium White Tea; kedua, ptpn VIII di Garut, Jawa Barat; serta ketiga, PTPN XII di Wonosari, Jawa Timur.

3.Teh hitam (Black Tea)

Teh hitam biasa disebut juga sebagai teh merah. Teh hitam  merupakan jenis teh yang paling banyak di produksi di Indonesia, dimana Indonesia sendiri merupakan pengekspor teh hitam ke-5 terbesar di dunia.

Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi, dalam hal ini fermentasi tidak menggunakan mikrobia sebagai sumber enzim, melainkan dilakukan oleh enzim fenolase yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri. Pada proses ini, sebagian besar katekin dioksidasi menjadi teaflavin dan tearubigin, suatu senyawa antioksidan yang tidak sekuat katekin.

Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak mengalami pemrosesan fermentasi, sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam dilakukan dengan fermentasi penuh. Tahap pertama, daun diletakkan di rak dan dibiarkan layu selama 14 sampai 24 jam.

Kemudian daun digulung dan dipelintir untuk melepaskan enzim alami dan mempersiapkan daun untuk proses oksidasi, pada tahap ini daun ini masih berwarna hijau. Setelah proses penggulungan, daun siap untuk proses oksidasi.

Daun diletakkan di tempat dingin dan lembab, kemudian proses fermentasi  berlangsung dengan bantuan oksigen dan enzim. Proses fermentasi memberi warna dan rasa pada teh hitam, dimana lamanya proses fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir. Setelah itu, daun dikeringkan atau dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi untuk mendapatkan rasa serta aroma yang diinginkan

4. Teh oolong (Oolong Tea)

Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat dengan bahan baku khusus, yaitu varietas tertentu seperti Camellia sinensis yang memberikan aroma khusus.

Jenis teh oolong, memang belum begitu popular dibandingkan dengan jenis teh hijau atau teh hitam. Kebanyakan daun teh oolong dihasilkan perkebunan teh di Cina dan Taiwan, oolong dalam bahasa Cina berarti naga hitam karena daunnya mirip naga hitam kecil. Saat ini teh oolong telah diproduksi di Indonesia, seperti Jawa Oolong, Olong Bengkulu, dan Olong organik Banten.

Bahan baku teh oolong diambil dari tiga daun teh teratas, yang dipetik tepat pada waktunya, yaitu pada saat tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Langkah pertama pengolahan teh oolong adalah membuat daun menjadi layu yaitu daun dibiarkan layu selama beberapa jam di bawah sinar matahari, tapi kurang dari satu hari.

Setelah daun layu, daun diaduk untuk mengeluarkan tetes kecil air dari daun sehingga proses oksidasi bisa dimulai. Ketika daun terpapar udara, maka akan berubah warna menjadi lebih gelap.

Lamanya waktu daun mengalami oksidasi tergantung dari jenis oolong, beberapa jenis hanya 10 persen teroksidasi, sedangkan yang lain bisa sampai 50 persen yang teroksidasi. Daun teh kemudian dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi dan mengeringkannya.