Harga Kedelai Meroket, Denyut Bisnis Produsen Tahu Gresik Nyaris Berhenti

Pekerja memproses kedelai menjadi tahu di pabrik tahu Gresik (SariAgri/Arief L)

Editor: Arya Pandora - Senin, 15 Juni 2020 | 07:03 WIB

SariAgri -  Meroketnya harga kedelai di pasar baik lokal maupun impor di masa pandemi covid-19 nyaris menghentikan denyut bisnis pelaku usaha produksi tahu di kabupaten Gresik Jawa Timur. Akibat kondisi ini, produsen tahu mensiasatinya dengan menurunkan bahan baku produksi atau mengurangi ukuran tahu yang dipasarkan.

Melonjaknya harga kedelai seperti yang diungkapkan Kusman, salah seorang pemilik pabrik tahu yang ada di wilayah desa Domas kecamatan Menganti kabupaten Gresik. Pabrik yang didirikan sejak tahun 1998 ini, mengalami penurunan omset hingga mencapai 40 persen lebih akibat
meroketnya harga kedelai.

Kusman menyebutkan harga kacang kedelai lokal pada bulan Mei 2020 sudah mencapai Rp 6.500 per kilogram (kg), saat ini telah naik menjadi Rp 8.800/kg. sedangkan kedelai impor yang semula dihargai Rp 8.000/kg kini telah melesat menembus angka Rp 12.000/kg di tingkat pengecer.

“Kedelai lokal saat ini di pasar harganya mencapai Rp 8.500/kg hingga Rp 8.800/kg. sedangkan kedelai impor di agen antara Rp 10.000/kg hingga Rp 12.000/kg. kondisi ini jelas berat buat kami selaku produsen tahu yang mengandalkan bahan baku kedelai, “ akunya kepada SariAgri
dengan nada melemah.

Menurutnya krisis akibat mahalnya harga kedelai ini perah menerpa usahanya selama 3 kali dalam sejarah, yakni krisis moneter di tahun 1998 lalu krisis ekonomi di tahun 2007 dan yang terjadi saat ini ketika ada wabah covid-19.

Namun dari 3 kali krisis tersebut, kali ini diakuinya yang terparah dan terberat. Sebagai upaya untuk bertahan dalam krisis wabah covid-19, kusman menerapkan 2 strategi, yakni menurunkan bahan baku kedelai yang semula setiap hari menghabiskan 150 kg menjadi 105 kg.

Di samping itu, ia juga mulai mengurangi ukuran tahu menjadi sedikit lebih kecil dari sebelumnya. Menurut kusnan pilihan memperkecil ukuran adalah jalan terbaik daripada harus menaikan harga jual tahu.

“Jelas lebih logis memperkecil sedikit ukuran tahu, daripada menaikan harga jual. Karena pelanggan bisa kabur, “ ungkapnya.

Kepada pemerintah baik pusat maupun daerah, ia berharap bisa menekan atau minimal mengembalikan harga kedelai di kisaran Rp 6.000/kg atau Rp 6.500/kg agar pengusaha tahu bisa menikmati untung.

Baca Juga: Harga Kedelai Meroket, Denyut Bisnis Produsen Tahu Gresik Nyaris Berhenti
Jangan Dibuang! Bagian Buah-buahan Ini Ternyata Bermanfaat Bagi Kesehatan

Namun jika menekan harga kedelai dirasakan sulit oleh pemerintah, maka ia sangat mengharapkan adanya stimulus modal produksi, agar industri kecil dan rumahan bisa tetap bertahan di tengah pandemi covid-19.

Kendati omset dan produksinya menurun, pihak pabrik tahu di domas menganti ini belum merumahkan pegawai atau melakukan rasionalisasi karyawannya. (Arief L/ SariAgri Jawa Timur)