Karakteristik Daging Mudah Rusak, Ini Tips dari Pakar IPB

Daging beku. (Foto: Unsplash)

Editor: Yoyok - Minggu, 15 Januari 2023 | 14:00 WIB

Sariagri - Karakteristik daging terutama daging ternak, seperti sapi atau unggas memiliki sifat mudah rusak dan busuk, apalagi jika terkontaminasi oleh mikroba. Untuk itu, penanganan dan perlakuan ternak mulai sebelum pemotongan, saat pemotongan, pasca pemotongan, distribusi daging, hingga pengolahannya sangat berpengaruh terhadap kualitasnya.

Hal itu disampaikan

Hal itu disampaikan Dr Tuti Suryati, pakar dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB University seperti dipublikasikan Humas IPB University melalui www.ipb.ac.id, pekan ini.

“Penanganan daging sangat dianjurkan untuk menggunakan sistem rantai dingin (cold chain system). Artinya setelah pemotongan hingga sebelum diolah, daging sebaiknya ditangani menggunakan suhu dingin, kecuali produk tersebut diproses secara kering relatif akan lebih awet,” ujar Tuti.

Dia kemudian menjelaskan bahwa dengan kadar air bebas yang tinggi  otomatis mikroba akan mudah tumbuh di dalam daging. Proses thawing atau pencairan kembali daging beku harus dilakukan dengan hati-hati. Terlebih, daging sangat memungkinkan mengalami kontaminasi selama proses pemotongan hingga pasca pemotongan.

Menurutnya, pembelian daging segar dalam keadaan beku secara online lebih berisiko lagi. Pembekuan daging memang bisa menjaga keawetannya hingga enam bulan. Namun, proses thawing menjadi fase kritis dalam penurunan kualitas daging. Ketika dibawa oleh kurir, daging tersebut telah mengalami proses thawing di sepanjang perjalanan.

“Saat membeli daging beku, sebaiknya bila daging tidak akan langsung diolah, daging jangan dicairkan, harus dijaga dalam keadaan beku walau dibeli secara online. Daging yang dikirim secara online harus dikirim melalui jasa pengiriman yang dilengkapi sistem pendingin yang memadai,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pembekuan kembali daging yang sudah melewati proses thawing juga sangat tidak disarankan. Bila dibekukan kembali, akan terjadi kristalisasi dalam daging yang merusak struktur daging. Ketika daging dicairkan kembali, akan terjadi peningkatan air yang keluar dari daging dan sari daging akan ikut terbuang. Selain itu akan terjadi juga peningkatan pertumbuhan mikroba pada daging tersebut.

“Maka dari itu, tekstur daging akan terasa alot bila diolah dan cepat rusak. Hal ini berlaku juga pada daging olahan seperti sosis dan bakso,” tambahnya.

Ia menyarankan, proses thawing dilakukan secara bertahap. Daging beku diturunkan suhunya secara perlahan dengan menyimpannya di bagian pendingin. Cara lainnya adalah dengan mengaliri atau merendamnya dengan air bersih namun daging harus tetap berada dalam kemasan. Ia sangat tidak menyarankan untuk merendam daging beku dengan air panas, karena akan meningkatkan kontaminasi mikroba dan merusak kualitas daging.

“Bila proses thawing tidak dilakukan secara hati-hati, ada kemungkinan kontaminasi mikroba akan semakin meningkat, karena suhu ruang menjadi suhu yang baik bagi mikroba untuk tumbuh,” papar Pakar Produksi Ternak IPB University ini.

Baca Juga: Karakteristik Daging Mudah Rusak, Ini Tips dari Pakar IPB
Daerah Ini Angkat Tradisi Makan Jantung Kerbau ke Kancah Nasional

Menurutnya, daging beku yang sudah di-thawing harus langsung diolah. Bila melakukan pembelian daging segar dalam jumlah besar, daging bisa dipotong sesuai ukuran yang diperlukan untuk sekali mengolah. Daging kemudian dikemas dan disimpan beku untuk diolah pada saat diperlukan.

“Proses penanganan dan penyimpanan daging juga sangat diperlukan untuk daging yang berasal dari daging kurban. Daging kurban umumnya diproses tanpa menunggu fase rigor mortis (kejang mayat) pada karkas selesai dan tanpa pelayuan untuk menghasilkan kualitas daging yang baik. Hal ini berpotensi menghasilkan daging yang alot,” ujarnya.