Mantab! Kelor Bakal Dikukuhkan sebagai Pangan Nasional Atasi Stunting

Editor: Yoyok - Minggu, 6 November 2022 | 16:00 WIB
Sariagri - Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman yang berasal dari kaki gunung Himalaya atau India Utara ini, memiliki segudang manfaat bagi kehidupan manusia.
Daun kelor memiliki kandungan protein, serat, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, magnesium, fosfor, besi, sulfur, asam oksalat, hingga berbagai vitamin yang sangat dibutuhkan untuk gizi balita dan ibu hamil. Tingkat kandungan itu bahkan lebih tinggi dibanding sumber lain seperti susu dan telur.
Oleh sebab kaya manfaat, kelor dalam waktu dekat akan dikukuhkan sebagai pangan nasional untuk mengatasi masalah stunting. Alasannya, kandungan nutrisi kelor yang tinggi yang dibutuhkan balita kekurangan gizi bisa menjadikan olahan tanaman tersebut sebagai makanan tambahan termasuk untuk ibu hamil.
“Saya sudah sampaikan ke DPR, kelor bisa dikukuhkan menjadi pangan nasional untuk mengatasi masalah stunting,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Hasto Wardoyo, pekan lalu.
Anggota Komisi IX DPR, Edy Wuryanto bahkan menyebut pemanfaatan kelor bisa menggantikan biskuit yang selama ini menjadi makanan tambahan untuk balita stunting, yang dinilainya tidak tepat sasaran karena berbahan gandum yang masih impor.
“Saya pikir APBN harus kita arahkan ke pangan lokal seperti kelor yang sudah terbukti kandungan manfaatnya untuk mencegah stunting,” ujar Edy.
Baca Juga: Mantab! Kelor Bakal Dikukuhkan sebagai Pangan Nasional Atasi StuntingSambas Butuh Benih Karet untuk Penanaman Baru Seluas 12 Ribu Hektar
Sejauh ini kelor yang disebut tanaman ajaib itu sudah memiliki kearifan lokal di Indonesia karena sudah dikonsumsi masyarakat di beberapa daerah, salah satunya di Sulawesi Tengah. Terlebih dengan instruksi presiden untuk mendorong pengembangan produk pangan lokal.
Pengembangan kelor sebagai bahan pangan untuk atasi stunting itu dinilai cocok dimulai dari Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, lantaran budaya konsumsi kelor, ekosistem tanaman, hingga industri skala besar pengolahan tanaman berdaun kecil itu yang sudah terbangun dengan adanya PT Kelor Organik Indonesia (KOI).