Di Tengah Ancaman Krisis Global, RI Berpotensi Jadi Lumbung Pangan Dunia
Penulis: Rashif Usman, Editor: Dera - Rabu, 2 November 2022 | 15:30 WIB
Sariagri - Di tengah ancaman krisis pangan global, posisi Indonesia justru berpotensi menjadi lumbung pangan dunia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu wilayah tropika yang memiliki biodiversitas tinggi.
Wilayah tropika dinilai memiliki keanekaragaman hayati lebih dibandingkan wilayah non-tropika. Hal ini merupakan hal yang potensial bagi ketersediaan pangan di masa depan.
"Center of gravity (pusat pertanian pangan) ada di tropika. Indonesia, Brasil, dan sebagian di Afrika. Itu mengapa pentingnya pertanian Indonesia," kata Associate Professor Bina Nusantara University Haryono dalam sebuah diskusi daring berjudul 'Peranan Appertani, Perguruan Tinggi dan Penelitian dalam Pembangunan Pertanian Masa Depan', Selasa (1/11).
Haryono mengatakan bahwa sangat penting bagi Indonesia untuk mendesain pertanian berkelanjutan yang bermanfaat bukan hanya untuk manusia, akan tetapi juga kelestarian dan kualitas lingkungan. "Kualitas, standar, inovasi produk pangan harus maju untuk kemakmuran rakyat Indonesia dan bagian dari program Feed the World," ungkapnya.
Haryono memaparkan, ada lima pendekatan yang bisa dilakukan guna mendukung masa depan pertanian Indonesia. Pertama, menerapkan tiga pilar pembangunan pertanian berkelanjutan.
"Pertanian masa depan itu adalah pertanian berkelanjutan. Ada tiga pilar, yaitu persoalan ekonomi, persoalan sosial dan juga persoalan lingkungan. Tiga pilar inijadi dasar dalam membentuk dan menggerakan untuk mencapai pertanian berkelanjutan," jelasnya.
Kedua, menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion. Pembangunan berbasis ekoregion, lanjutnya, merupakan konsep perencanaan tata ruang (spatial planning) dengan mempertimbangkan jasa tata ruang pada suatu wilayah dan masyarakat yang tinggal di wilayah ekoregion tersebut.
"Menerapkan pembangunan pertanian berbasis ekoregion ini sangat penting, karena Indonesia mempunyai ekosistem yang sangat beragam," tuturnya.
Ia menyatakan ada empat dimensi pembangunan pertanian berbasis ekoregion yang harus menjadi fokus dalam pengembangannya. Adapun yang perlu diperhatikan dalam penerapan kualitas dan standar ekoregion yaitu ekologi dan ekonomi, risiko, pengembangan wilayah, serta etika dan budaya.
Baca Juga: Di Tengah Ancaman Krisis Global, RI Berpotensi Jadi Lumbung Pangan DuniaHari Pangan Sedunia, Begini Sejarah dan Temanya di Tahun 2022
Ketiga, menerapkan kebijakan pembangunan pertanian berdasarkan hasil riset. Keempat, menerapkan kualitas dan standar produk pangan dan pertanian bertahap dan berkelanjutan.
Kelima, lanjutnya, melakukan transformasi sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian modern. Caranya dengan re-investasi infrastruktur sistem pangan dan pertanian, transformasi budaya kerja baru on farm dan off farm, transformasi kelembagaan petani berbasis korporasi, dan transformasi manajemen data, informasi dan pengetahuan.