Sukun, Tanaman Potensial yang Tahan Perubahan Iklim

Ilustrasi - Pohon sukun. (Pixabay)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Sabtu, 20 Agustus 2022 | 20:00 WIB

Sariagri - Di tengah perubahan iklim yang akan berdampak buruk pada banyak tanaman di seluruh dunia, para peneliti dari Northwestern University, Illinois, AS mengusulkan budidaya tanaman sukun sebagai solusi alternatif tanaman pangan.

Sukun merupakan buah pohon bertepung yang berasal dari kepulauan Pasifik, yang kini sudah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Meski berupa buah, orang sering menggunakan sukun sebagai pengganti kentang karena sangat bertepung dan tanpa biji.

Penelitian sebelumnya bahkan menyebut buah ini sebagai "makanan super" karena kaya akan nutrisi termasuk serat, vitamin, dan mineral tingkat tinggi. Di daerah tropis, termasuk Indonesia, orang telah memakan sukun selama ribuan tahun dengan berbagai cara, baik mengukus, memanggang, menggoreng, atau memfermentasinya.

Sukun juga bisa diubah menjadi tepung untuk memperpanjang umur simpan. Tidak seperti beras, jagung, dan kedelai, studi baru menemukan sukun cukup tangguh untuk menahan perubahan ekstrim terhadap lingkungan.

Para peneliti juga menemukan bahwa sukun bisa ditanam di daerah baru yang menghadapi kerawanan pangan tingkat tinggi dan rentan terhadap memburuknya krisis kelaparan global, seperti di kawasan Afrika.

"Buah sukun adalah spesies yang diabaikan dan kurang dimanfaatkan yang kebetulan relatif tangguh dalam proyeksi perubahan iklim kami," kata Daniel Horton dari Northwestern seperti dilansir studyfinds.org.

Dia menambahkan, dalam menyusun strategi untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, sukun harus dipertimbangkan dalam strategi adaptasi ketahanan pangan. Sukun bisa menjadi salah satu solusi untuk mengakhiri kelaparan dunia.

Perubahan iklim tidak akan banyak berdampak pada sukun

Peneliti telah melakukan simulasi ketahanan tanaman sukun dalam skenario perubahan iklim yang ekstrim, dengan tingkat emisi karbon yang terus meningkat atupun dengan skenario emisi karbon yang stabil. Hasilnya menunjukkan pohon sukun tetap bisa ditanaman dalam kondisi keduanya.

"Dari perspektif iklim, kita sudah bisa menanam sukun di sub-Sahara Afrika. Ada petak besar Afrika, di mana sukun dapat tumbuh di berbagai derajat panas, hanya saja belum diperkenalkan secara luas di sana. Untungnya, sebagian besar varietas sukun tidak berbiji dan memiliki kemungkinan kecil untuk menjadi invasif," kata penulis studi, Lucy Yang.

"Pohon sukun dapat hidup selama beberapa dekade dan menghasilkan buah dalam jumlah besar setiap tahun," tambah Nyree Zerega, Direktur Program Biologi dan Konservasi Tumbuhan.

Baca Juga: Sukun, Tanaman Potensial yang Tahan Perubahan Iklim
Jaga Kedaulatan Pangan,Begini Upaya Indonesia Mengendalikan Perubahan Iklim



Zerega mengatakan, pohon sukun mampu menahan panas dan kekeringan lebih lama daripada kebanyakan tanaman lainnya. Sukun juga merupakan tanaman tahunan yang membutuhkan lebih sedikit energi dan usaha dibandingkan dengan tanaman yang perlu ditanam kembali oleh petani setiap tahun. Pohon sukun juga menyerap karbon dioksida dari atmosfer sehingga sangat penting bagi lingkungan.