Krisis Pangan, Negara Ini Terancam Mengalami Stunting Massal

Krisis pangan landa Sri Lanka. (channelnewsasia)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 29 Juli 2022 | 20:30 WIB

Nigeria merupakan salah satu negara terpadat di Benua Afrika belakangan ini tengah dilanda krisis pangan yang cukup berat. Bahkan Nigeria menempati posisi pertama di Afrika dan kedua di dunia untuk tingkat kekurangan gizi pada anak atau stunting.

UNICEF menyatakan bahwa delapan juta anak di wilayah Barat Laut Nigeria mengalami kasus terbanyak kekurangan gizi. Seperti di wilayah Gummi, di sana angka kekurangan gizi anak mencapai hingga 50 persen.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan krisis pangan di negeria, salah satunya ialah ancaman dari preman. Di mana mereka memaksa para petani meninggalkan lahan pertaniannya, hal tersebut tentu menjadi ancaman serius bagi ketersediaan pangan Nigeria.

“Kami tidak bisa mengakses tempat-tempat (lahan pertanian) yang kami lakukan sebelumnya,” ujar petani kacang di negara bagian Katsina, Lariya Abdulkareem dikutip dari AFP, Jumat (29/7/2022).

Kondisi tersebut diperparah dengan adanya perusakan sistem keamanan yang dilakukan kawanan preman di Katsina dan wilayah Barat Laut Nigeria. Kawanan preman tersebut melakukan penyerangan terhadap warga desa, mengambil hewan ternak, hingga menculik warga.

Aksi tersebut menyisakan kepedihan yang mendalam, ribuan warga desa tewas dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi. Kawanan preman tersebut meminta tebusan dan juga mengambil hak warga desa di sana.

Baca Juga: Krisis Pangan, Negara Ini Terancam Mengalami Stunting Massal
Krisis Parah, Warga Miskin Sri Langka Bergantung pada Dapur Umum Ini

“Di barat laut, di samping kejahatan preman juga diperparah dengan melonjaknya harga makanan dan bahan bakar, sehingga menimbulkan krisis kelaparan pada anak-anak yang juga sudah mengidap malaria dan penyakit lainnya,” kata seorang relawan.

Bukan hanya bandit, krisis pangan di Nigeria juga dipengaruhi dengan invasi Rusia ke Ukraina beberapa bulan terakhir ini. Perang tersebut mengakibatkan harga pangan dan energi meningkat pesat.